☁️ Bahasa Nias Selamat Datang

NiasUtara Sumut, Graduate Degree Program, Z Selamat Datang. Graduate Degree Program di Nias Utara Sumut, are held every semester graduate degree, bog master programs institut geo nusantara bogor bl mm. Master program can afford the monthly installments in, proceed to d3 program idr 500 000 to proceed to s1 program. Terjemahanfrasa SELAMAT DATANG DI DUNIA dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "SELAMAT DATANG DI DUNIA" dalam kalimat dengan terjemahannya: Selamat datang di dunia animasi, visual effects, dan hiburan. . a 1. huruf pertama dalam abjad Latin yang digunakan dalam Bahasa Nias; 2. kki makanlah. A göu fakhe Makanlah nasimu. 3. dan dalam pengucapan bilangan. Hönö a fitu ngaotu a fulu Seribu dan tujuh ratus dan sepuluh. abakha ks 1. dalam. Abakha sibai dögi nikhaora. Dalam sekali lubang galian mereka. fa- kedalaman. 2. menjadi serius / mendalam 3. abakhabakha’ö kki tambah-tambahi sehingga menjadi masalah; bumbu-bumbui. Böi abakhabakha’ö wanutunö salua khömö Jangan tambah-tambahi kisah yang kau alami. abao ks 1. bengkak; 2. binal untuk anak gadis / perempuan. Si mate abao Si gadis binal; 3. abao dödö sakit hati. Abao dödögu khönia Aku sakit hati padanya. abaöbaö ks berpenampilan kaku, tidak ramah, dan cenderung memancing kejengkelan orang lain. No abaöbaö niha da’ö. Sin. dömbadömbaö abasö ks basah. Abasöga ba deu toho. Kami basah karena hujan lebat. lih. basö abazöbazö ks masih berair, belum kering betul. No abazöbazö nasa newali Pekarangan masih belum kering. No abazöbazö geu andre, tebai nasa nitunu. Kayu ini masih agak basah, belum bisa dibakar. Lih. olazalaza. abe’e ks 1. keras. Eu sabe’e Kayu keras. Am Abe’e gae na no okafu Pisang mengeras kalau sudah dingin. 2. abe’e dödö meyakini tidak kuatir atau mengkuatirkan seseorang atau sesuatu. Abe’e dödögu ia. Aku tidak mengkuatirkan dia yakin akan penampilannya, perjalanannya, dsb.; 3. abe’e dandro keras pendirian; 4. sabe’e tandro orang yang keras pendirian; 5. abe’e högö keras kepala. abeta ks 1. pindah. No ara me abeta ira moroi ba da’a Sudah lama mereka pindah dari sini. 2. tersingkir. No abeta ia moroi ba dadaomania Dia telah tersingkir dari jabatannya. Sin. aheta abeto ks bunting untuk binatang berkaki empat babi, anjing, dsb.. Dipakai juga untuk perempuan yang hamil di luar nikah. lih. beto abila ks 1. bengkok Eu sabila Kayu bengkok; 2. abila lala sesat; ungkapan untuk orang yang sesat atau rusak moralnya 3. abila gera’era tidak jujur. Böi fao ba niha sabila era’era Jangan ikut dengan orang yang tidak jujur. aboto ks 1. pecah No aboto galasi khöda Gelas kita sudah pecah; No aboto gorahuara perkumpulan / organisasi mereka sudah pecah. Am He aboto bakha, böi aboto baero Perselisihan keluarga jangan sampai dibawa ke luar / diperlihatkan di luar. 2. aboto ba dödö mengerti, faham Me no ihaogö wangombakha, awena aboto sibai ba dödögu. Setelah dia menjelaskan dengan baik, saya baru sungguh-sungguh mengerti; 3. kefe saboto uang pecah. lih. arasa, boto abö’a ks 1. melengkung ke arah belakang, lawan dari bungkuk. 2. manja. Abö’a ia me so ga’ania. Dia manja karena kakak/abangnya bersama dia. aböda ks 1. urung, tak berkelanjutan. Aböda manö khöra huhuo da’ö Pembicaraan mereka itu tidak berkelanjutan. Am Fondrõni zabõda bakha har. Penarik yang urung ke dalam Sesuatu misalnya pembicaraan untuk pemancing agar seseorang mengeluarkan isi hatinya yang enggan / susah dinyatakannya. 2. aböda lela dalam keadaan sekarat. lih. akandro. abökha ks 1. retak, pecah-pecah, atau merenggang karena kekurangan cairan. Na aukhu dalu ba ahori abökha mbewe Kalau panas dalam maka bibir pecah-pecah sariawan. 2. agabökha pada pecah-pecah. Agabökha danö ba mbawa lökhö Di musim kemarau tanah pada retak. lih. aukha, agazilazila. abölö ks 1. kuat. Abölö ia wofanö Dia kuat berjalan; fa- kekuatan 2. lebat. Teu sabölö Hujan lebat. 3. ana’a sabölö kb emas murni. abönö ks cukup. Abönö zi no so, böi nönö sa’e Yang sudah ada cukup, jangan tambah lagi. lih. bönö, ibönö abösi ks 1. mata penuh dengan kotoran yang mengering, terasa gatal, dan agak susah melihat; diakibatkan oleh penyakit mata. 2. buta 3. tidak mau melihat Böi abösi wamaigi si sökhi Jangan menghindar melihat kebaikan. abötu ks 1. rasa sirih terlalu banyak kapurnya. Afo sabötu Sirih yang kebanyakan kapur. 2. terluka tipis di permukaan kulit akibat cakaran atau goresan, dsb. Abötu dangania Tangannya tergores. 3. mati. Abötu gutu na labe dalu-dalu Kutu kepala mati kalau diobati. aböu ks 1. bau. So de’u si mate ba zi tambai nomo, aböu sibai. Ada tikus mati di sebelah rumah, bau sekali. 2. aböu bekhu, aböu böhö bau orang yang jarang mandi, atau bau anak yang baru selesai bermain-main. abu dödö ks 1. sedih, susah. Abu dödögu wo’angeragö. Aku susah memikirkannya. fang-, kb. Oya sibai wangabu dödö ba ginötö iada’a Banyak sekali kesusahan sekarang. 2. abula dödö kb. kesusahan. Böi nönö gabula dödögu Jangan menambah kesusahan saya abu’a ks 1. lunas Lö sahori ibu’a gömönia khögu. Utangnya kepadaku belum habis dibayarnya. 2. berbalas, seri. No möna ia, no abu’a ira. Dia menang, mereka seri. abua ks 1. berat, sukar. Noro sabua beban berat. fang- kb pemberat 2. abua ba dödö Tidak ikhlas. Abua ba dödönia wanolo talifusönia Dia tidak ikhlas membantu saudaranya. 3. fangabua gölö kb pengendur semangat. Fehedenia sadarö-darö tobali fangabua gölö niha Perkataannya yang menusuk hati tajam mengendurkan semangat orang. abuabua ks kelihatan “berbobot” karena membawa oleh-oleh atau sesuatu penghormatan kepada pihak lain. Abuabua ia me so ia, i’ohe zumangeda. Dia datang dengan “bawaan berat” ia membawa penghormatan kita. aburu ks terkelupas kulit karena kena cairan panas. Aburu dangania göna fanikha wogore. Kulit tangannya terkelupas kena minyak goreng panas. abuso ks 1. kenyang. Abuso sibai ia Ia kenyang sekali. 2. fangabuso kb rejeki; sesuatu yang dinikmati konotasi negatif. Sinöndrania no tobali fangabuso niha bö’ö Penghasilannya menjadi rejeki orang lain. Uso dödö ngalöngalö, fangabuso ndri mböhö Kegembiraan lalat, pembuat nyamuk kenyang. abuza abuzabuza ks tidak berwibawa, tidak dipercaya orang lagi, ucapannya tidak bernas karena sesuatu berbagai tindakannya yang menghancurkan reputasinya. Abuza ba dödö niha na fahuhuo ia Tidak dipercaya orang kalau dia berbicara. No abuzabuza niha da’ö. Orang itu sudah kehilangan wibawa dan tidak dihormati orang lagi. lih. abozeboze, ahowihowi. ada’uda’u ks agak takut; takut-takut. Ada’uda’u ia wanörö sibongi ha ya’ia ha samösa. Dia agak takut pergi malam hari seorang diri. adada ks 1. melorot; hampir jatuh. Oluo khönia zaraewania, irege adada tou. Celananya kebesaran sehingga melorot. 2. turun dari posisi normal. Börö me oya mbua maga, ba adada ndraha-ndraha Karena berbuah banyak, dahan-dahan mangga pada turun. Adada gota mbawi na lö ara tö mo’ono. Perut babi menurun saat menjelang beranak. 3. lepas; tak terjangkau Am Adada gohitö si lö dayadaya. Tanpa modal, persiapan, dan perencanaan yang baik, sesuatu target atau tujuan tak terjangkau akan lepas. 4. rusak Ibörögö adada sa’e nomo da’ö börö me lö sangiagö Rumah itu mulai rusak karena tidak ada yang mendiami. Adada gorahua si lö fahasara dödö Tanpa kekompakan, suatu perkumpulan akan hancur. adawadawa ks rendah untuk pohon, rumah. No adawadawa nomo da’ö. Rumah itu kelihatan rendah. adö’ö ks tersedak. adogo adogodogo ks 1. pendek; singkat. Huhuonia no adogodogo sibai Pidato / khotbahnya singkat sekali. 2. adogo’ö persingkat; singkatkan Adogo’ö manö wangombakha Singkatkan saja menceritakan / menuturkan adölö ks 1. lurus. Adölö sibai lala sibohou mufazökhi andrö. Jalan yang baru dibangun itu sangat lurus. 2. menuju ke. Hezo adölö ami ? Hendak menuju ke mana kalian ? adöni ks 1. tertarik Adöni dödögu wamaigi gayania wanunö. Saya tertarik melihat gayanya bernyanyi. Adöni tanö ba da’a. Tertarik ke arah sini. adu kb patung. Adu zatua Patung leluhur. Me föna manömba adu Nono Niha. Di zaman dahulu, Orang Nias menyembah patung. adudu ks ambruk; runtuh; roboh. No adudu ba nangi nomo sibohu mufazökhi andrö. Rumah yang baru dibangun itu telah runtuh karena angin. adulo kb 1. telur. Adulo manu telur ayam. Safusi gadulo Putih telur. Sa’usö gadulo Kuning telur. 2. mangadulo bertelur. Mangadulo khöda manu. Ayam kita bertelur. aduwa ks 1. tumpah. Böi da’ida’i wholohe ena’ö böi aduwha. Hati-hati membawa agar jangan tumpah. 2. tumpah ruah manusia. Börö me ahatö ndröfi sibohou, aduwha niha ba harimbale. Karena tahun baru sudah dekat, manusia tumpah ruah ke harimbale pasar / pekan mingguan desa. abusa ks lecet; lepuh; terkelupas. Abusa guli gahenia ba wamake badagahe sibohou andrö. Kulit kakinya lecet karena sepatu baru. ae 1. kki = ae’e pergi. Ae ombakha’ö khöra wa no tohare domeda. Pergi beritahukan pada mereka bahwa tamu kita sudah datang. Böi ae ae’e ha ya’ugö Jangan pergi sendirian. 2. pernyataan rasa kesal atau kurang senang. Ae …, hana wa ölau da’ö. Ah, mengapa engkau berbuat begitu. 3. kkt amat; sangat Ara ae larugi Lama sekali mereka sampai. Ebua ae nomo sawena mufazökhi andrö. Besar sekali rumah yang baru dibangun itu. Dalam pengertian 3 ini ae, selain menerangkan kata sifat, juga menggambarkan perasaan kekaguman, kekesalan, kekecewaan, dsb. seseorang terhadap sesuatu hal yang diamati atau dialaminya. a’ebu ks bungkuk. Niha sa’ebu Orang bungkuk. aefa ks 1. lepas. No aefa dagutagu zinga mbarunia. Jahitan di pinggir bajunya lepas. 2. kk berakhir, selesai. No aefa rafe mbanua. Pertemuan desa sudah berakhir. 3. sesudah; lalu. Lafaku ua, aefa da’ö laboboto Dicangkul dulu, lalu digemburkan. 4. lahir. No aefa nono khö Nina Harita Anak Ina Harita telah lahir. aefata kkt keterlaluan. Aefata na lö ö’ila lalau ba fasa Keterlaluan kalau engkau tidak tahu jalan ke pasar. aekhu kk 1. jatuh. Sin. atoru No aekhu gofekofegu. Dompet saya jatuh. 2. bermuara pada sesuatu kebaikan, kejahatan, dsb. Aröu’ögö moroi ba mbuabua si lö sökhi saekhu ba wa’atekiko. Jauhilah perbuatan jahat yang menuju kehancuran. 3. aekhu luo matahari terbenam. lih. aekhula 4 aekhu niha orang banyak datang / berdatangan. Aekhu niha me larongo so nomo sakhozi Orang banyak berdatangan ketika mendengar ada rumah terbakar. aelo ks 1. licin. Böi da’ida’i wanörö lala saelo. Pelan-pelan berjalan di jalan licin. 2. aelo lela cadel; tidak bisa mengucapkan huruf R dengan jelas. aeru ks 1. menyempit. Aeru lala da’ö börö me lö asese latörö niha. Jalan itu menyempit kiri-kanan ditumbuhi semak karena jarang dilewati orang. 2. langsing 3. aerua kb bagian yang menyempit. Aeru lafoyo Lingkar pinggang kecil sekali. aetu ks 1. putus. Oya zaetu lala ba mbaŵa deu Selama musim hujan banyak jalan putus. 2. selesai. No aetu rafe. Pertemuan sudah selesai. 3. aetula – angetula kb putusan, simpulan. a’ewo ks sudah cukup tua tapi belum nikah. Sin. atua barö. afaito ks 1. nakal. Afaito sibai nono da’ö Nakal sekali anak itu. 2. jahat Afaito ae niha da’ö Orang itu jahat sekali. afasi kb kapas. afatö ks 1. patah. Afatö döla geu ba nangi sabölö. Karena angin kencang batang kayu patah. 2. afatöla kb patahan. 3. afatö dödö kecewa. 4. afatö-fatö lantang. Afatö-fatö na fahuhuo ia Lantang kalau ia berbicara. afau ks parau. afeto ks pahit. Afeto sibai daludalu nibe’e doto andrö. Obat yang diberikan dokter itu pahit sekali. Am Alawa luo, afeto duo, aisö nidanö mbanio. Har Hari makin siang, tuak terasa pahit, air kelapa terasa asam. afi 1. kb sayap. Afi marafadi Sayap merpati. Tebai muhombo wofo da’ö, no afatö gafi. Burung itu tidak bisa terbang, sayapnya sudah patah. 2. kb api. Kureta afi kereta api. Di sini, afi merupakan kata serapan dari Bahasa Indonesia melalui perubahan huruf bunyi “p” menjadi “f”. Kureta adalah juga kata serapan dari Bahasa Indonesia. afi’afi kb korek api; mancis; geretan. Alui gafi’afi, tatunu wandru. Cari korek api, kita menyalakan lampu. Afi’afi lele adalah nama khusus untuk korek api. Ono gafi’afi batang korek api. afiso aj 1 tuli. 2 niha safiso orang tuli. No i’osafiso ia me lahede’ö ia. Ketika dia ditegur dia berlagak seperti orang tuli afo kb sirih. Terdiri dari daun sirih tawuo, kapur betua, gambir gambe, fangoyo, pinang fino dan kadang-kadang tembakau bago. Pembuatannya adalah sebagai berikut. Selembar daun sirih dibelah dua, tangkai daun dibuang, dan ujung daun yang lancip dipotong. Di atas permukaan bawah punggung daun dilengketkan kapur secukupnya, lalu daun atau getah gambir diletakkan di atasnya. Lantas daun sirih yang telah dibubuhi kapur dan gambir tadi dilipat tiga sehingga campuran tadi tertutup dalam lipitan tersebut. Di atas lipatan itu diletakkan pinang, lalu daun sirih tadi digulung, berintikan pinang. Sirih siap ditawarkan atau diedarkan. Kadang-kadang tembakau dicampur sewaktu penyiapan, atau secara terpisah dimasukkan ke dalam mulut oleh si penyantap sirih. afusi ks 1. putih. Afusi mbaru nifakenia. Baju yang dipakainya berwarna putih. 2. lurus, bersih. Afusi dödönia khögu. Hatinya lurus / bersih tidak punya maksud jahat padaku. afuru ks tumpul. No ara lö mudali mbalatu andre, afuru sibai. Pisau ini sudah lama tidak diasah, tumpul sekali. aisö ks 1. asam. Aisö raso ndrima, ami raso nidanö döwu. Jeruk berasa asam, air tebu berasa manis. 2. masam. Aisö mbawania khögu. Mukanya masam kepadaku. a’usö ks kuning. asoso ks masak; matang. No asoso gae ba hogu. Pisang telah masak di pohon. ataha ks mentah. Ataha nasa mbua ndruria khöda, tebai niteu. Buah durian kita masih mentah, belum bisa dipetik. aukhu ks panas; masak. No aukhu nidanö, fazökhi öda kofi. Air sudah panas masak, buatkan kopi untuk kita. Aukhu nösigu, mofökhödo. Badanku panas, saya sakit. anehe ks mengenal seseorang / sesuatu dengan baik. Ha samuza falukhaga, andrö lö anehedo sibai ia. Kami baru berjumpa satu kali, makanya saya tidak begitu mengenalnya. anigo ks terganggu oleh bunyi, perbincangan atau perbuatan yang tidak menyenangkan. Anigo ndra’o gamuatami. Aku muak dengan perbuatan kalian. Böi mifaguagua, anigo namada. Jangan ribut, ayah terganggu. alukhö ks tidak/belum pernah. Alukhö möido ba mbanuami. Saya belum pernah ke kampung Anda. alözö ks sesuatu tidak muat atau terlalu ketat karena yang dilalui sempit. Alözö khönia zaraewania. Celananya kesempitan. Id Niha salözölözö uto. Orang yang tidak berpikir panjang dan emosional. ambala kb selimut. alakha tabu. Böi falele, alakha. Jangan memaki, itu tabu. alawö ks segan, sungkan. Alawö ia wehede khö zibayania. Dia segan berbicara pada pamannya. Ungakapan lawö-lawösi = segan-segan terkait erat dengan kata alawö dan kemungknan besar muncul dari kata itu. Böi lawö-lawösi wahuhuosa khönia. Jangan segan-segan berbicara kepadanya. amatöröwa kb 1. kerajaan, daerah kekuasaan, jajahan. He wa’ae lö arara, no irai möi amatörö Nifo soi Indonesia. Walau tidak lama, Indonesia pernah menjadi jajahan Jepang. 2. bawahan, suruhan, seseorang/kelompok yang tunduk pada seseorang / kelompok lain. Böi bali’ögö amatöröwania, faoma ono ami. Jangan tunduk padanya = jangan mau disuruh-suruh, kalian sederajat. alawa ks 1. tinggi. No alawa döla ndruria nitanögu no andrö. Pohon durian yang saya tanam dulu sudah tinggi. 2. alawa niha berpostur tinggi. Alawa niha ga’ada. Abang kita berpostur tinggi. amakhaita kb hubungan kekerabatan; kerabat. asule kb senjang. amuata kb amuata. Sökhi sibai gamuata nono da’ö. Baik sekali kelakuan anak itu. alui kki 1. cari. No atoru nono kusi, da ta’alui. Anak kunci telah jatuh, mari kita cari. 2. fangalui mata pencaharian. Fangalui bisa juga berarti proses pencarian. Ada kecendrungan menggunakan awalan fo- sehingga menjadi fo’alui. Pemakaian awalan fo- di sini tidak tepat. Moguna khöda sete ba wangalui falölöwa saekhu tou. Kita memerlukan senter untuk mencari jarum yang jatuh. angango kb dahi. No mesokho gangangoia, göna osö-osö. Dahinya luka kena paku. araro kb langit-langit mulut. ati’ati kb anting-anting. Ifake gati’ati ana’a. Dia memakai anting-anting emas. aya 1. kb kalung. 2. kki ayak. Hamo ni’aya. Tepung ayakan. alo’alo kb Bau tak sedap dari ketiak. Aböu alo’alo ahele ks tergelincir. Ahele ia wanörö lala saelo. Dia tergelincir di jalan yang licin / becek. awhökhu kb empedu. angaya ks menipu, tidak benar, tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Fali’era si lö angaya Neraca alat timbangan yang mengukur dengan benar yang sudah dikalibrasi. Faliera sangaya. Alat timbangan yang memerlukan kalibrasi. ara’ara danõ kb sejenis cacing tanah yang mengeluarkan bunyi nyaring pada malam hari. Humede zui gara’ara danõ. Cacing tanah berbunyi lagi. arara ks sunguh; benar. Arara niwa’öu. Benar yang engkau katakan. arara dödö ks terhibur. Arara dödögu me no öhaogö wanutunö. Hatiku terhibur setelah engkau menceritakan / menjelaskan dengan baik. alahoitö ks dewasa; matang; sudah bisa kawin. Alahoitö ndra’ugö, ba lö ö’ila obabaya halöwöu. Engkau sudah dewasa tetapi belum bisa mengerjakan sendiri pekerjaanmu masih perlu dikomandoi. alau 1. jatuh Sin. alabu 2. masuk ke dalam jebakan. Alau ia ba ndra’alawe. Ia masuk jebakan perempuan. 3 dikawini. No alau zihene ba manu meda Ayam dara sudah dikawini ayam bangkok. angetula kb simpulan, putusan. Moguna mu’ombakha’ö ba zato gangetula rafe ma’ökhö. Perlu diberitahukan kepada khalayak putusan rapat hari ini. alimbama ks terkena penyakit yang dipercaya diakibatkan makhluk halus. Sin. tesafo arawi 1. kb musang. No alau garawi ba mbölödi. Musang masuk perangkap. 2. ks sobek, robek. Arawi mbarunia, tokhai ba gosö’osö. Bajunya sobek tersangkut pada paku. atoru jatuh sin. aekhu. No atoru laedurugu. Cincinku jatuh. No atoru mbua ndruria, ae halö. Durian sudah jatuh, pergi ambil. aekhula kb barat. An. atumbukha Mofanö ira adölö ba gaekhula. Mereka pergi menuju ke barat. asio kb garam. Ami asio asin. Afeto asio keasinan karena kebanyakan garam. aso’a tumbang. Aso’a geu sebua na nagi sabölö. Pohon besar tumbang karena angin kencang. alitö kb api. Holahola galitö. Nyala api. Eu galitö. Kayu api. Ewua’ö khöda galitö Nyalakan api untuk kita. azuni kb sarang. Azuni wofo. Sarang burung. Knowing how to say hello in Malaysia based on the time of day will help you break the ice with locals in a fun way while traveling in Malaysia. To say hello in Malay, begin with the word selamat sounds like "suh-lah-mat" and add the corresponding time-based greeting to the end of it selamat pagi sounds like "pag-ee" for morning, selamat tengah hari sounds like "teen-gah har-ee" for early afternoon, selamat petang sounds like "puh-tong" for late afternoon, and selamat malam sounds like "mah-lahm" for evening. Although a simple "hi" or "helo" local spelling will work fine, practicing the greetings they use shows that you have an interest in learning a bit about the local culture. Because of the cultural diversity, most of the people in Malaysia with whom you interact will speak and understand English well. Everyone certainly knows what "hello" means. Regardless, basic greetings in Bahasa Malaysia are easy to learn. Unlike other languages such as Thai and Vietnamese, the Malaysian language is not tonal. The rules of pronunciation are very predictable and straightforward. Making life even easier, Bahasa Malaysia implements the classical Latin alphabet so familiar to English speakers. The Malaysian Language The Malaysian language, often referred to as Bahasa Malaysia, Malay, or simply "Malaysian," is similar to Bahasa Indonesia in many ways and is understood in neighboring countries such as Indonesia, Brunei, and Singapore. Locally, the language is commonly referred to simply as "Bahasa." Bahasa means "language" and is often used standalone when referring to the entire family of similar Malay languages spoken in Southeast Asia. Malay Bahasa Melayu and variations are spoken by over 290 million people in Malaysia, Indonesia, Brunei, and Singapore. It's also used in parts of the Philippines and the southern part of Thailand. The words you learn in this flexible language will come in handy all over the region! A country as diverse as Malaysia will inevitably be home to many dialects and variations of the local language, particularly the farther you travel from Kuala Lumpur. The local dialects in Borneo won't sound very familiar at all. Not everyone you meet speaks the same flavor of Bahasa Malaysia. Pronunciation in Bahasa Malaysia Unlike in English, vowel pronunciation in the Malaysian language generally, loosely follows these simple guidelines A — sounds like "ah"E — sounds like "uh"I — sounds like "ee"O — sounds like "oh"U — sounds like "ew" Saying Hello As in Indonesia, you say hello in Malaysia based on the time of day. Greetings correspond with morning, afternoon, and evening, although there aren't really hard guidelines for what time to switch over. All greetings in Malaysia begin with the word selamat sounds like "suh-lah-mat", which also means "safe." Selamat is then followed with the appropriate phase of the day Good Morning Selamat pagi sounds like "pag-ee"Good Afternoon Selamat tengah hari sounds like "teen-gah har-ee"Good Afternoon/Evening Selamat Petang sounds like "puh-tong"Good Night Selamat Malam sounds like "mah-lahm" As with all languages, formalities are often simplified to save effort. Friends will sometimes greet each other by dropping the selamat and offering a simple pagi — the equivalent of greeting someone with "morning" in English. You'll also sometimes hear people shortening a greeting by simply just saying selamat. Note Selamat siang good day and selamat sore good afternoon are more commonly used when greeting people in Bahasa Indonesia, not the Malaysian language—although they will be understood. Times of Day for Greetings Even locals from different parts of Malaysia differ in their usage, so don't worry too much about when afternoon officially fades into evening. If you guess wrong, someone will probably reply with the correct greeting. Informally, you should use selamat pagi good morning until the sun is getting really hot, around 11 or noon. After that, switch to selamat tengah hari good afternoon. After the sun has peaked, maybe around 3 you can switch to selamat petang good late afternoon or evening. Use selamat malam good night when you are leaving at night or going to sleep. Generally speaking, Malaysians don't greet each other with selamat malam. You can continue to say selamat petang even at night until retiring for the day. The Catchall Greeting If all else fails or you are unsure about the time of day, a simple "hello" will work throughout Malaysia. Generic greetings such as "hi" or "hello" aren't formal, but locals will often use them when greeting friends and familiar people. You'll have more fun and be more polite by greeting people using one of the standardized greetings that are based on time of day. Continuing the Conversation After you say hello in Malaysia, be polite and ask how someone is doing. As in English, asking someone "how are you?" can also double as a greeting if you want to forego deciding on the time of day. How are you? apa kabar sounds like "apah ka-bar" Ideally, their response will be kabar baik sounds like "ka-bar bike", which means "fine" or "well." You should respond with the same if asked apa kabar? Saying baik twice is another way to indicate that you are doing just fine. If someone replies to your apa kabar? with tidak baik sounds like "tee-dak bike" or anything else that begins with tidak, they may not being doing so well. Other Potential Greetings When entering or returning, you could potentially hear these friendly greetings in Malaysia Welcome selamat datangWelcome back selamat kembali Saying Goodbye The expression for goodbye depends upon who is staying and who is leaving Goodbye if you are the one leaving selamat tinggal sounds like "teen-gahl"Goodbye if the other person is leaving selamat jalan sounds like "jal-lan" In the context of goodbyes, tinggal means "stay" and jalan means "travel." In other words, you are telling someone to have a good/safe stay or a good/safe travel. For a fun way to say goodbye to a friend, use jumpa lagi sounds like "joom-pah lah-gee", which means "see you around" or "meet again." Sampai jumpa sounds like "sahm-pie joom-pah" will also work as a "see you later," but it's more commonly heard in Indonesia. Saying Goodnight Ordinarily, you would say selamat malam at the end of the day when leaving or going to bed. When actually going to sleep, you can say the final goodnight with selamat tidur. The word tidur means "sleep." Goodnight selamat tidur sounds like "tee-dur" Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Waktu terasa begitu cepat berlalu, saat ini kita sedang menjalani bulan September 2019, di gereja-gereja mulai sibuk mempersiapkan perayaan Natal. Dalam waktu yang tidak lama lagi kita kembali merayakan Natal. Bagi umat Kristiani hari Natal merupakan saat istimewa yang dirayakan secara khusus, hari yang penuh keceriaan. Merayakan Natal merupakan peringatan akan penggenapan nubuat para nabi-nabi tentang lahirnya Juruselamat dunia yaitu Yesus Kristus. Di wilayah Nias, Natal dirayakan selama tiga hari berturut-turut, biasanya mulai tanggal 24-26 Desember setiap tahunnya, dan puncak perayaan itu pada malam pergantian tahun. Sudah menjadi kebiasaan bahwa pada tiga hari tersebut tidak ada orang yang sibuk keluar rumah untuk bekerja. Semua orang fokus pada perayaan Natal bersama keluarga, ada yang mengunjungi keluarga, kerabat dan ada yang mengikuti perayaan Natal di gereja. Dalam masa ini setiap orang Nias mengucapkan salam kepada seseorang atau dalam forum resmi dengan kalimat "Ya'ahowu Fanunu fandru". Bagi orang dari suku Nias, Natal adalah berkat howuhowu, yang datang dari Allah bagi manusia, maka patut dirayakan dengan "Fanunu Fandru" bukan berasal dari istilah Kristen atau Alkitab. Menurut P. Johannes M. Hmmerle, OFMCap, "Istilah Fanunu Fandru pada dasarnya bukan Kristiani karena istilah ini sudah dipakai oleh penduduk pulau Nias sebelum masuk agama Kristen. 200 tahun belum ada minyak tanah di Nias. Agak gelap di rumah. Tetapi sejak dulu setiap tahun setiap marga atau rumpun si sambua mo'ama berkumpul dan mengadakan Famoni empat hari lamanya. Famoni ini tidak berarti berpuasa, sebaliknya mereka makan enak. Tetapi mereka melakukan Famoni dalam arti tidak pergi ke ladang dan tidak bekerja. Lantas apa tujuan mereka? Empat hari lamanya mereka menuturkan asal usul mereka sampai jauh malam. Böröta gotari gotara, asal usul mereka, harus ditanam dalam hati generasi muda dan harus diperingati dan dirayakan setiap tahun. Inilah syarat mutlak bagi mereka supaya tradisi lisan tidak putus. Sebelumnya minyak kelapa sudah diisi dalam lampu kecil. Dan kalau lampu kecil ini dinyalakan di malam hari, hal ini mereka menyebut Fanunu Fandru. Sebagai orang Kristen kita sekarang sudah mempunyai Böröta Gotari Gotara yang baru."[1] Jadi istilah 'Fanunu Fandru' bukan istilah Kristen tetapi istilah yang diadopsi dari kebiasaan orang Nias pada saat menceritakan silsilah keluarga atau sejarah böröta gotari gotara. Menarik untuk di kaji mengapa orang dari suku Nias menyampaikan ucapan 'Selamat Natal' dengan menggunakan kalimat "ya'ahowu fanunu wanunu[2] fandru". Secara hurufiah kalimat tersebut terdiri dari tiga kata yaitu 'ya'ahowu' berarti 'selamat'; 'fanunu' berarti 'menyalakan'; dan 'fandru' yang berarti 'lampu'. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara leterlek maka tiga kata tersebut berarti "selamat menyalakan lampu". Meskipun demikian setiap kali orang Nias menggunakan sapaan atau salam "Ya'ahowu Fanunu Fandru", sapaan itu tidak dimaksudkan "selamat menyalakan lampu" tetapi semua orang Nias paham dengan sangat bahwa yang maksudkan dengan salam itu adalah "Selamat Natal". Makna dari ungkapan selamat Natal yaitu sebuah harapan agar pada hari Natal semua kita mengalami kasih dan damai sejahtera dari Tuhan. Ungkapan atau sapaan "Ya'ahowu Fanunu Fandru" tersebut sudah menjadi kebiasaan orangtua sejak jaman dulu, turun temurun menjadi kebiasaan bagi generasi ke generasi sampai saat ini. Bagi kita anak-anak orang Nias yang hidup di era milenial, yang mungkin tidak pernah melihat lampu minyak kelapa lagi, lampu teplok dan petromaks, tentu akan bertanya, apakah hubungan antara "menyalakan lampu" dengan Natal kelahiran Yesus Kristus? Sebagai seorang putera Nias, saya membahas topik ini secara khusus agar makna Natal yang diterima langsung dan dipahami oleh nenek moyang orang Nias dari para Zending, dapat dimengerti oleh generasi di era modern ini. Generasi milenial tidak dapat memahami konteks masyarakat Nias pada awal Injil masuk wilayah itu, karena situasi Nias kini telah jauh berbeda. Melalui tulisan ini, saya mengharapkan bisa menjembatani suatu gap yang terjadi akibat rentangan waktu, dan kemajuan atau perkembangan dibidang teknologi, pengetahuan, spiritualitas dan sosial budaya, antara generasi terdahulu dengan generasi milenial. Tulisan ini sekaligus mengusulkan istilah yang tepat untuk digunakan berhubungan dengan sapaan atau salam dalam konteks perayaan natal tanpa mengubah makna mula Perayaan Natal di pulau Nias seiring datangnya para missionaris dari Eropa. Kebiasaan merayakan Natal di Pulau Nias telah dimulai sejak masuknya para missionaris dari Jerman dan Injil diterima oleh penduduk setempat. Th. Van Den End dalam Ragi Carita 2001, menjelaskan bahwa "Injil masuk ke Nias melalui Misi Protestan pada tahun 1865 oleh penginjil Jerman, E. Ludwig Denninger dari Rheinische Missionsgesellschaft RMG pada tanggal 27 September 1865. Penerjemahan Alkitab dalam bahasa daerah Nias, seperti yang masih dipakai sekarang dilakukan oleh penginjil H. Sundermann, dengan bantuan Ama Mandranga dan beberapa orang Nias lainnya Injil Lukas, 1874; PB, 1891." Kemungkinan besar penerjemahan Alkitab versi bahasa Nias merupakan transmisi dari Alkitab berbahasa Jerman. Dari berita Injil yang diterima oleh penduduk setempat, penduduk Nias mendapat pemahaman mengenai kelahiran Sang Juruselamat dunia. Sebagaimana misi Yesus Kristus membawa keselamatan bagi dunia, hal itu merupakan kabar baik yang perlu disambut dengan sukacita. Manusia yang masih berada dalam kegelapan karena terikat oleh dosa, melalui Sang Juruselamat, Yesus Kristus memperoleh kelepasan. Bisa dikatakan bahwa perayaan Natal di daerah pulau Nias merupakan adopsi langsung dari kebiasaan perayaan natal ala yang yang diungkapkan oleh Johanes bahwa istilah "fanunu fandru" bukan istilah Kristen, memang tepat dan juga praktek menyalakan lampu fanunu fandru dengan bahan bakar minyak kelapa memang sudah kebiasaan masyarakat di pulau Nias sejak dahulu. Bagaimanapun juga, masyarakat Nias setiap malam harus menyalakan lampu di rumah masing-masing sebagai alat penerang, meski bukan acara khusus. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa adanya peralihan inti dari kebiasaan orang Nias menceritakan silsilah keturunan böröta gotari gotara, dan diganti dengan pembacaan silsilah kelahiran Yesus Kristus berdasarkan Injil Lukas pada masa perayaan Natal. Alasan lain yang umumnya sering kita dengar jika membahas topik ini yaitu istilah "fanunu fandru" muncul karena adanya penyalaan lilin dalam setiap perayaan Natal, sebagai puncak acara dalam perayaan tersebut. Memang benar bahwa setiap perayaan Natal selalu disertai dengan penyalaan lilin Natal sebagai simbol terang yang hadir di tengah kegelapan. Hal ini menyerupai tindakan Allah menjadi manusia di dalam Yesus Kristus, untuk menerangi manusia yang berada dalam kegelapan. Namun kedua alasan tersebut bisa dikatakan sebagai asumsi yang dihubungkan dengan peristiwa Natal, karena istilah "fanunu fandru" tidak ada kaitannya dengan kelahiran fa'atumbu Yesus "Ya'ahowu Fanunu Fandru" untuk menyatakan "Selamat Natal", sebenarnya berkaitan langsung dengan perkembangan teknologi dan ekonomi. Pada saat ini pulau Nias merupakan salah satu daerah yang masih berada dalam kategori terbelakang atau tertinggal dalam hal kemajuan dalam berbagai aspek, jika dibandikan dengan wilayah lain di Indonesia . Bila situasi sekarang kita bandingkan dengan tahun 1865, waktu kedatangan para misionaris Jerman, tentu jauh lebih terbelakang lagi. Ketika mendengar kisah kehidupan orangtua dulu dari ayahnda D. Hulu / Ama Meli Hulu, yang pada saat ini sudah berumur 78 tahun, saya baru mengerti mengapa ungkapan "ya'ahowu fanunu fandru" dihubungkan dengan perayaan Natal. Sekitar 70-an tahun lalu, pada masa penjajahan Belanda dan selanjutnya oleh Jepang, pada malam hari rumah-rumah orang Nias gelap gulita. Bila ada lampu yang menyala di suatu rumah itu pasti lampu berbahan bakar minyak kelapa, sebab pada masa itu belum tersedia minyak tanah di daerah pulau Nias. Pada perkembangan setelah itu, orang Nias mengenal lampu teplok yang pakai cerobong kaca dengan bahan bakar minyak tanah. Selanjutnya masyarakat Nias mulai mengenal lampu petromaks. Di masa itu pun lampu petromaks hanya dimiliki oleh orang tertentu saja dan jarang dinyalakan karena bahan bakar minyak tanah yang sangat terbatas. Pada setiap hari perayaan Natal, biasanya bagi keluarga yang memiliki lampu petromaks di rumahnya, masing-masing membawanya ke gereja. Sehingga pada malam perayaan itu rumah ibadah gereja terang benerang, karena banyaknya lampu petromaks yang lampu petromaks merupakan pengalaman istimewa di tahun 1900-an, sebab merupakan peristiwa sekali dalam setahun, dan hanya dinyalakan pada saat perayaan Natal saja di gereja. Sampai pada waktu saya masih remaja, anak-anak sebaya saya dulu berbondong-bondong ke gereja pada saat perayaan di malam Natal untuk melihat dan bermain di bawah cahaya terang lampu petromaks. Dalam Kamus Li Niha, Apolonius Lase menjelaskan bahwa "Istilah Fanunu Fandru berkaitan erat dengan kebiasaan orang Nias sejak dahulu hingga sekarang bahwa pada saat Natal tersebut lampu - biasanya lampu petromaks dinyalakan hingga larut malam".[3] Pengalaman yang hanya bisa terjadi sekali setahun itu, merupakan hal yang unik dan istimewa pada masa itu. Perayaan Natal seolah identik dengan penyalaan lampu. Lampu petromaks yang menyala terang mirip cahaya lampu listrik, menjadi daya tarik bagi banyak orang untuk berbondong-bondong, bersukacita merayakan Natal di bawah terangnya cahaya lampu petromaks. Dalam perayaan Natal ada dua benda sumber cahaya yang dinyalakan yaitu lampu petromaks dan lilin natal. Dua barang itu merupakan barang baru dan istimewa yang baru dikenal dan langka jaman itu khususnya di wilayah pulau generasi milenial yang telah mengalami kemajuan teknologi modern dengan menggunakan lampu listrik sebagai alat penerang, dua macam benda petromaks dan lilin merupakan benda biasa yang tidak terlalu penting. Tetapi pada jaman dulu meskipun lampu petromaks dan lilin tidak dianggap sebagai benda yang sakral namun dua benda itu merupakan simbol terang yang disambut pada perayaan Natal. Pada dasarnya semua orang menyukai terang, karena terang dapat menerangi kegelapan, kehadiran terang melenyapkan kegelapan. Demikian juga kelahiran Yesus Kristus sebagai terang dunia, yang melenyapkan kegelapan bagi manusia. Seperti dicatat dalam Injil Yohanes 812, Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya "Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup." Kelahiran Yesus Kristus disambut dengan sukacita karena mendatangkan kebahagiaan bagi orang yang percaya. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya

bahasa nias selamat datang